Rabu, 11 Mei 2011

Sekilas mengenai sejarah kota Pangandaran



Sekilas sejarah Pangandaran
Jika kita lihat dalam peta dunia atau Indonesia di bawah ini bahwa kota Pangandaran terletak di daerah selatan Pulau Jawa, khususnya selatan Jawa Barat (tanda merah). Lokasinya menghadap langsung ke arah samudera Hindia Belanda, berdekatan atau berbatasan dengan pulau Nusakambangan, Cilacap. Kebanyakan pendatang yang menetap di kota Pangandaran pun sebagian besar berasal dari Cilacap, Kroya dan sekitarnya
Pangandaran dalam peta dunia

Sekilas asal muasal Pangandaran
Pada awalnya Desa Pananjung Pangandaran ini dibuka dan ditempati oleh para nelayan dari suku Sunda. Penyebab pendatang lebih memilih daerah Pangandaran untuk menjadi tempat tinggal karena gelombang laut yang kecil yang membuat mudah untuk mencari ikan. Karena di Pantai Pangandaran inilah terdapat sebuah daratan yang menjorok ke laut yang sekarang menjadi cagar alam atau hutan lindung, tanjung inilah yang menghambat atau menghalangi gelombang besar untuk sampai ke pantai. Para pendatang lebih memilih untuk menjadi (mata pencaharian) sebagai nelayan dikarenakan waktu itu belum begitu berkembang seperti saat sekarang.
Pangandaran pada awal kebangiktannya
Di sinilah para nelayan itu menjadikan tempat tersebut untuk menyimpan perahu yang dalam bahasa Sundanya disebut andar. Setelah beberapa lama banyak berdatangan ke tempat ini dan menetap sehingga menjadi sebuah perkampungan yang disebut Pangandaran. Pangandaran berasal dari dua buah kata pangan dan daran . yang artinya pangan adalah makanan dan daran adalah pendatang. Jadi Pangandaran ini artinya adalah sumber makanan (mata pencaharian) bagi para pendatang di saat itu .Namun sebelum kaum pendatang itu datang, sebelumnya
para sesepuh terdahulu bahwa tempat itu (Pangandaran-red) memberi nama Desa Pananjung, karena menurut para sesepuh terdahulu di samping daerah itu terdapat tanjung. Dimana di daerah inipun banyak sekali terdapat keramat-keramat di beberapa tempat. Pananjung artinya dalam bahasa sunda adalah Pangnanjung-nanjungna ( paling subur atau paling makmur). 

Hutan jati tanda kesuburan wilayah Pangandaran
 Pada mulanya Pananjung merupakan salah satu pusat kerajaan, sejaman dengan kerajaan Galuh Pangauban yang berpusat di Putrapinggan sekitar abad XIV M.  setelah munculnya kerajaan Pajajaran di Pakuan Bogor.  Nama rajanya adalah Prabu Anggalarang yang salah satu versi mengatakan bahwa beliau masih keturunan Prabu Haur Kuning, raja pertama kerajaan Galuh Pagauban, namun sayangnya kerajaan Pananjung ini hancur diserang oleh para Bajo (Bajak Laut) karena pihak kerajaan tidak bersedia menjual hail bumi kepada mereka, karena pada saat itu situasi rakyat di kerajaan Pannjuang itu sedang dalam keadaan paceklik (gagal panen).
Burung di Suaka Marga Satwa Pangandaran
Pada tahun 1922 pada jaman penjajahan Belanda oleh Y. Everen (Presiden Priangan) Pananjung dijadikan taman baru, pada saat melepaskan seekor banteng jantan, tiga ekor sapi betina dan beberapa ekor rusa.
Karena memiliki keanekaragaman satwa dan jenis – jenis tanaman langka, agar kelangsungan habitatnya dapat terjaga maka pada tahun 1934 Pananjung dijadikan suaka alam dan marga satwa dengan luas 530 Ha.  Pada tahun 1961 setelah ditemukannya Bunga Raflesia padma status berubah menjadi cagar alam. Sekarang lebih dikenal dengan Hutan Lindung Suaka Marga Satwa atau lebih sering diucapkan warga setempat adalah Taman Budaya Cagar Alam.
Hewan di Suaka Marga Satwa Pangandaran
Dengan meningkatnya hubungan masyarakat akan tempat rekreasi maka pada tahun 1978 sebagian kawasan tersebut seluas 37, 70 Ha dijadikan Taman Wisata.  Pada tahun 1990 dikukuhkan pula kawasan perairan di sekitarnya sebagai cagar alam laut (470,0 Ha) sehingga luas kawasan pelestarian alam seluruhnya menjadi 1000,0 Ha.  Perkembangan selanjutnya, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 104?KPTS-II?1993 pengusahaan wisata TWA Pananjung Pangandaran diserahkan dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam kepada Perum Perhutani dalam pengawasan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, Kesatuan Pemangkuan Hutan Ciamis, bagian Kemangkuan Hutan Pangandaran. 
Kondisi Pangandaran pasca Tsunami 20
Sekitar tahun 2006 lalu wilayah Pangandaran ini merupakan salah satu tempat obyek wisata yang terkena Tsunami, akibat gempa di perairan selatan wilayah perbatasan Ciamis dengan Tasikmalaya. Dampak dari Tsunami ini sangat besar sekali sehingga meluluhlantakkan hampir semuanya gedung dan rumah yang berada disekitar pantai Pangandaran ini. Kurang lebih 1-2 tahun Pemda Kota Ciamis, khususnya pemerintah wilayah Pangandaran beserta masyarakatnya bersatu padu membangun kembali kota Pangandaran dari terjangan Tsunami tersebut. Alhasil di awal tahun 2009 kota Pangandaran ini sudah kembali seperti semula bahkan lebih indah dan lebih tertata kembali.

 Dengan kemajemukan masyarakat Pangandaran, kita seakan-akan susah mengenali warga asli Pangandaran itu sendiri. Dikarenakan mereka yang berada diluar Pantai Pangandaran lebih sering menggunakan bahasa asli Sunda untuk berkomunikasinya, sedangkan kebanyakan mereka yang berada di daerah pesisir pantai Pangandaran lebih cenderung menggunakan bahasa Jawa, walaupun ada juga yang menggunakan bahasa Sunda. . Itulah keanekaragaman budaya di pantai Pangandaran. Bhineka Tunggal Ika, bermacam-macam suku dan budaya tapi tetap satu tujuan yaitu memajukan kota Pangandaran. Itulah sekilas/sekelumit sejarah kota Pangandaran (Pananjung) dari masa abad ke 13 sampai sekarang penuh dinamika dan gelombang seperti alur gelombang lautnya yang tak pernah bosan menghiasi alam dan kota Pangandaran.






Jika anda berminat dan membutuhkan pelayanan kami dalam ber-wisata air di Pantai Pangandaran, hubungi kami di +6221-9414 5160, +6221-454 4677 dengan Harli


Pangandaran Terfavorite Versi Pembaca Kompas


Pangandaran pilihan favorit pengunjung di tahun 2010, bagaimana dengan 2011?
  
 

Tahun lalu sebuah harian nasional terkemuka di Indonesia melakukan survey atau sejenis jajak pendapat.
Jajak pendapat yang diadakan oleh media nasioanal kompas ini menetapkan Pangandaran dan sekitarnya menjadi tempat liburan favorit di Jawa Barat mengalahkan tempat lain yang ada. Kompas mencatat sekitar 43% pemilih memilih Pangandaran sebagai tempat obyek wisata terfavorit yang dituju para pengunjung (wisatawan) khususnya di daerah Jawa Barat ini..

Kompas melansir data tersebut pada halaman terakhir edisi 19 Juni 2010 dengan beberapa jajak pendapat dan survey kepada responden yang sudah ditentukan yang salah satunya jajak pendapat itu bertema "Objek wisata apa yang menjadi favorit anda saat berlibur di Pangandaran?" dan hasilnya adalah:


1. Pangandaran - 43,2 %
2. Ciater - 7,7 %
3. Lembang - 7,1 %
4. Tangkuban Perahu - 5,6 %
5. Ciwidey - 4,3%
6. Pelabuhan Ratu - 3,7%
7. Cipanas Garut - 2,8 %
8. Waterboom Garut - 2,2%
9. Cipanas Puncak - 2,2%
10. Taman Safari Bogor - 1,9%
11. Waduk Jatiluhur - 1,5%
12. Kebun Binatang Bandung - 1,2 %
14. Ciwalini Bandung 1,2%
15. Lainnnya 15,4%

Dari jajak pendapat diatas menunjukan empat dari 10 responden memilih pantai Pangandaran sebagai tempat favorit saat berlibur. 

Hal ini menunjukan wisata alam masih menjadi pilihan utama masyarakat Jawa Barat. Sedangkan dari wisata budaya, Bandung menjadi pilihan kedua, ketiga dan keempat seperti Ciater, Lembang dan Tangkuban Perahu) dengan jumlah sekitar 22% pengunjung yang memilih obyek wisata di Kota Bandung tersebut. Dengan kota yang paling banyak dikunjungi dan lebih tinggi dari obyek wisata yang berada di kota Sukabumi, Tasikmalaya dan Cirebon dan wilayah lainnya di propinsi Jawa Barat ini.Hal ini sangat kontras sekali dengan pengunjung yang menuju ke daerah Puncak Bogor, Cibodas dan sekitarnya. Itulah wisata air Pantai Pangandaran yang mampu menyedot banyak calon pengunjung di wilayah Barat Pulau Jawa ini.

Liburan tahun ini pun khususnya saat liburan sekolah tiba, Pangandaran dan Green Canyon jadi pilihan favorite calon pengunjung, selain obyek wisatanya yang masih hijau dan alami, keunikan dan eksotiksitasnya sangat tinggi daripada obyek-obyek wisata lainnya di wilayah lain. Jadi tidaklah heran jika pada saat liburan nanti (liburan sekolah) semua yang berhubungan dengan liburan khususnya di Pangandaran dan sekitarnya akan mengalami kenaikan harga, baik harga makanan sampai tempat penginapan, kenaikan bisa bervariasi sekitar 50% - 100% dari harga-harga biasa. Untuk itu jika ingin menikmati alam hijau dan alam pantai Pangandaran dan sekitarnya lebih baik dilakukan saat libur (sekolah) telah usai. 
Sehingga bagi para pengunjung yang memilih berlibur bersama keluarga tentunya masih bisa menikmati keindahan obyek wisata yang berada di area Pangandaran dan sekitarnya secara santai dan aman, tanpa harus bersusah-susah dan berdesakan dengan para pengunjung lainnya. Hal ini dilakukan agar keselamatan dan kenikmatan keluarga dalam berwisata air di Pantai Pangandaran dan sekitarnya ini akan lebih terasa dan bermakna. Selain itu, jika berwisata di masa liburan selesai, paling tidak semua obyek wisata yang ada di daerah Pangandaran dan sekitarnya akan terkunjungi tanpa harus menunggu antrian di pintu masuk obyek wisata atau di jalanan karena kemacetan kendaraan.
Namun yang pasti jika para pengunjung (wisatawan) lebih memilih berkunjung dan berlibur ke Green Canyon dan Pangandaran pada saat bukan liburan tiba maka secara ekonomi akan lebih hemat dibanding dengan saat liburan tiba. Salah satu contoh, bahwa ada perbedaan dimana harga hotel tempat wisatawan menginap akan lebih murah dibanding saat periode liburan, apakah liburan akhir tahun, libur anak sekolah bahkan yang lebih hebat perbedaan akan terasa saat masa Hari Raya Idul Fitri tiba. Belum lagi harga makanan, minuman dan tempat penyewaan lainnya. Untuk itu kami sarankan jika ingin berkunjung dan berlibur ke Green Canyon dan Pangandaran sekitarnya lebih baik saat sepi dari wisatawan.
 
Jika anda berminat dan membutuhkan pelayanan tentang wisata air di pantai Pangandaran, silahkan hubungi kami di +6221-9414 5160, +6221-4545 4677 dengan Harli